element




StopGlobalWarming.org

site statistics

Friday, June 8, 2007

G8 Pangkas Emisi Karbon

HEILIGENDAMM (SINDO) – Para pemimpin negara anggota kelompok G8, kemarin, berkomitmen memangkas secara signifikan emisi gas penyebab efek rumah kaca hingga tahun 2050.Kesepakatan ini dicapai pada hari kedua Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G8 di Jerman yang diwarnai aksi demo kelompok antiglobalisasi. ”Berbicara soal target, kami satu suara mengakui peningkatan emisi CO2 harus dihentikan, kemudian diikuti pemangkasan dalam jumlah besar,” kata Kanselir Jerman Angela Merkel dalam jumpa pers.Teks kesepakatan menyebutkan, negara-negara industri maju bersedia mencegah semakin meningkatnya jumlah gas penyebab pemanasan global tersebut.

Merkel mengajak anggota G8 membentuk sebuah program serta tujuan bersama dalam jangka waktu tertentu mengatasi perubahan iklim menjelang pertemuan tingkat PBB di Bali akhir tahun ini. Pertemuan di Bali akan membahas tindak lanjut kesepakatan Protokol Kyoto yang habis masa berlakunya pada 2012 mendatang. Protokol Kyoto merupakan kesepakatan negara-negara industri maju dalam menanggulangi perubahan iklim. Di KTT kali ini, Presiden Amerika Serikat (AS) George W Bush melontarkan pernyataan diplomatis.

Dia menegaskan, AS siap berpartisipasi aktif dalam kampanye menanggulangi perubahan iklim dengan syarat China dan India juga turut serta. ”AS akan terlibat secara aktif, jika tidak menjadi yang terdepan, dalam kesepakatan pasca-Protokol Kyoto,”kata Bush setelah bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Tony Blair di sela konferensi. AS merupakan satu-satunya negara maju yang menolak menandatangani kesepakatan Protokol Kyoto.Akibatnya, AS menjadi negara polutan atau penyumbang emisi karbon terbesar di dunia. Sebelum pelaksanaan KTT pun,AS kembali menolak menyepakati proposal yang diajukan Merkel mengenai kesepakatan mengikat bagi negaranegara industri maju untuk memangkas emisi gas karbon.

Di samping itu, para pemimpin dari negara- negara berkembang dengan perekonomian paling maju (Brasil, China, India, Meksiko dan Afrika Selatan) mengadakan pertemuan terpisah di Berlin untuk mempersiapkan perundingan dengan anggota kelompok G8 mengenai penanggulangan perubahan iklim global. India dan China mendapat tekanan kuat dari AS untuk ikut serta bersama negara-negara anggota G8 untuk berkomitmen mengurangi emisi gas karbon. Namun, kedua negara itu menegaskan, mereka tidak akan menerima persyaratan mengikat untuk mengurangi emisi gas karena khawatir dapat memperlambat laju pertumbuhan perekonomian mereka.

Perdana Menteri India Manmohan Singh mensinyalir, dirinya akan mempertahankan posisi negara-negara berkembang di KTT ini. ”Bukan karena upaya mengurangi emisi gas karbon berarti mencegah dan mengekang prospek pertumbuhan serta pembangunan di dunia negara sedang berkembang,” katanya. Sementara itu, kesepakatan para pemimpin dari Inggris,Kanada, Prancis, Italia, Jepang, Jerman, Rusia, dan AS itu tidak memuaskan kelompok pemerhati lingkungan. Mereka mengecam dan menganggap kesepakatan itu sebuah kegagalan.

”Menyepakati target pasti merupakan sebuah langkah pertama yang sangat penting. Dengan tidak mengambil langkah tersebut, berarti semakin menambah penderitaan kita, mengingat dampak dari perubahan iklim,” kata Neil Adger, peneliti perubahan iklim dari Tyndall Centre. Di luar tempat pertemuan, puluhan ribu demonstran anti-G8 melancarkan aksi protes, baik di darat maupun di laut. Kapal milik Greenpeace memasuki wilayah perairan resor yang dijadikan lokasi KTT G8.

Sempat terjadi kejar-kejaran di laut antara pihak keamanan dengan Greenpeace yang terus berusaha mendekati garis pantai.”Mereka melakukan yang terbaik menyerukan kepada pemimpin dunia untuk berkomitmen menanggulangi perubahan iklim,” kata Juru Bicara Greenpeace Jo Kuper. Polisi juga menahan lebih dari 300 demonstran yang melakukan aksi blokade jalan yang digunakan sebagai akses masuk ke tempat pertemuan. Selain itu, polisi dengan kekuatan 16 ribu personel berupaya menghalau demonstran yang mendekati pagar pemisah dengan meriam air.(AFP/Rtr/tri subhki r)

data di ambil dari :
http://www.pelangi.or.id/othernews.php?nid=2822

No comments: