element




StopGlobalWarming.org

site statistics

Sunday, December 30, 2007

The Love Poems of Rumi

this is some of poetry from book, The Love Poems of Rumi,

When I am with you, we stay up all night,
When you're not here, I can't get to sleep.
Praise God for these two insomnias!
And the difference between them.

Translator: Coleman Barks

I have phrases and whole pages memorized,
but nothing can be told of love.
You must wait until you and I
are living together.
In the conversation we'll have
then...be patient...then.

Translator: Coleman Barks

Love is from the infinite, and will remain until eternity.
The seeker of love escapes the chains of birth and death.
Tomorrow, when resurrection comes,
The heart that is not in love will fail the test.

Translator: Shahram Shiva

Do You Love Me?



A lover asked his beloved,
Do you love yourself more
than you love me?



The beloved replied,
I have died to myself
and I live for you.



I’ve disappeared from myself
and my attributes.
I am present only for you.



I have forgotten all my learning,
but from knowing you
I have become a scholar.



I have lost all my strength,
but from your power
I am able.



If I love myself
I love you.
If I love you
I love myself.

puisi rumi

ika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.
Begitulah caranya!

Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepada-Nya!
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan;

karena Tuhan, dengan rahmat-Nya
akan tetap menerima mata uang palsumu!

Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah
menjadi sembilan puluh sembilan saja.

Begitulah caranya!
Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayolah datang, dan datanglah lagi!

Karena Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
ataupun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepada-Ku,
karena Aku-lah jalan itu.”

Wednesday, December 26, 2007

banjir-banjir-banjir





diambil dari kompas

Penyebab Banjir

Telah lama para ahli hidrologi dan ekologi menyatakan bahwa kejadian erosi tanah, selain ditentukan oleh iklim atau curah hujan, juga dipengaruhi kondisi tanah, kemiringan lereng, panjang lereng, kondisi vegetasi, dan aktivitas manusia. Dari berbagai faktor tersebut, pengaruh manusia sangat berperan penting.

Contohnya, pemeliharaan hutan yang baik dan bercocok tanam yang memerhatikan lingkungan, seperti memelihara kerimbunan vegetasi, dapat menyebabkan penurunan air larian dan erosi tanah akibat hujan.

Setiap terjadi hujan, senantiasa dihasilkan sejumlah volume air larian di permukaan tanah (cileuncang). Cileuncang akan berkurang apabila sebagian air tersebut meresap ke dalam tanah. Pada umumnya macam-macam penggunaan lahan mempunyai kemampuan berbeda dalam meresapkan atau menginfiltrasikan air hujan cileuncang ke dalam tanah. Dengan kata lain, jumlah air hujan cileuncang yang meresap ke dalam tanah dan yang mengalir di permukaan tanah akan berbeda-beda pada setiap penggunaan lahan.

Proporsi air hujan cileuncang yang mengalir di permukaan tanah pada setiap penggunaan lahan biasanya dikenal dengan koefisien aliran permukaan atau koefisien limpasan. Besarnya koefisien limpasan dapat dipengaruhi tipe tanah, kemiringan lahan, dan pengelolaan lahan oleh manusia. Menurut prakiraan secara umum, air larian di daerah hutan sebesar 2-15 persen, daerah pertanian 21-65 persen, daerah penggembalaan 17-23 persen, daerah permukiman 25-40 persen, daerah pinggiran kota dan pedesaan 35-70 persen, daerah perkotaan 50-90 persen, dan daerah industri 50-95 persen (bandingkan dengan Sinukaban, 2005).

Air larian itu juga menyebabkan erosi permukaan tanah. Menurut para ahli, telah diprakirakan bahwa secara umum hilangnya permukaan tanah akibat erosi di Pulau Jawa pada akhir 1980-an bervariasi di berbagai tata guna lahan. Misalnya, tingkat erosi di lahan pertanian tanaman semusim terbuka di tegal mencapai 138,3 ton per hektar (ha), hutan yang rusak (87,2 ton per ha), hutan (5,8 ton per ha), dan sawah (0,5 ton per ha) (Conway dan Barbier, 1990:30). Dari gambaran tersebut dapat disimak bahwa secara umum lahan pertanian semusim di tegal terbuka dan lahan hutan yang rusak tidak ditutupi vegetasi memiliki nilai erosi tinggi.

Jabar Harus Waspada

BANDUNG,(PR).-
Masyarakat diminta waspada terhadap kemungkinan terjadinya longsor di sejumlah wilayah di Jawa Barat. Curah hujan yang tinggi pada masa-masa puncak musim hujan, berpotensi memicu terjadinya gerakan tanah yang menyebabkan longsor.

Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pengamatan Gempa Bumi dan Gerakan Tanah pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Dr. Ir. E. Kusdinar Abdurrachman, D.E.A., ketika dihubungi lewat telefon, Rabu (26/12).

"Kewaspadaan tentang bencana alam gerakan tanah terutama longsor, perlu ditingkatkan karena bersamaan dengan masuknya puncak musim hujan Desember 2007-Januari 2008 mendatang," ujarnya.

Potensi kerawanan gerakan tanah menengah dan menengah tinggi mendominasi di sejumlah wilayah di Jabar, terutama Jabar bagian selatan seperti Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, dan Kab. Bandung. Wilayah dengan tingkat kerawanan menengah tinggi yang ditandai warna merah pada peta prakiraan wilayah potensi gerakan tanah, cenderung bertambah karena terkait curah hujan yang bertambah.

Curah hujan yang tinggi akan memengaruhi kondisi batuan di Jawa Barat, yang kebanyakan merupakan batuan lepas yang bergerak mencari keseimbangan alam. Selain lapisan batuan, sejumlah gunung berapi kuarter, banyaknya lereng gunung yang terjal, serta tata lahan yang tidak tepat, turut memengaruhi pergerakan tanah.

Penyerapan air yang tidak sempurna menyebabkan air merembes ke dasar tanah hingga mencapai lapisan batuan lepas, yang memicu terjadinya longsor. Pada curah hujan yang mencapai 100 mm, air belum meresap secara merata ke dalam air. Namun, jika curah hujan sudah melampaui 100 mm, tanah sudah jenuh untuk menyerap sisa air hujan, sehingga melimpas dan menggerakkan tanah yang menimbulkan longsor.

Masyarakat yang berada di lereng gunung, di daerah sisi sungai, dan di sisi tebing harus mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya bencana alam. Jika perlu, dilatih untuk melakukan evakuasi jika tanda-tanda kejadian alam tersebut akan terjadi.

Sampai saat ini, lanjut Kusdinar, belum ada wilayah rawan longsor di Jawa Barat yang memerlukan relokasi warga. "Tapi, untuk antisipasinya, harus ada peran aktif dari masyarakat untuk memonitor langsung di lapangan. Persoalannya, pemahaman terkait bencana masih rendah. Oleh karena itu, aparat tidak boleh berhenti melakukan sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman warga tentang bencana alam," katanya.

Ia menambahkan, "Kejadian alam tidak bisa diprediksi, namun masyarakat harus mempelajari agar kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa dan mengurangi kerugian materi."

Sementara itu, kecepatan angin yang melanda kawasan Jawa Barat juga akan meningkat memasuki puncak musim hujan. Badan Meteorologi dan Geosifika (BMG) memperkirakan, kecepatan angin akan mencapai 20 knot, padahal kisaran normalnya 12-15 knot. Meningkatnya kecepatan angin itu diduga dipicu oleh munculnya pusat angin bertekanan rendah di kawasan selatan perairan Nusa Tenggara Barat (NTB). (A-158)***
Longsor dan Banjir di Jateng
Korban Tewas 88 Orang


SEMARANG, RABU - Bencana tanah longsor dan banjir yang melanda beberapa daerah di Jawa Tengah, hingga pukul 21.00 WIB telah mengakibatkan 88 orang meninggal dunia dan ribuan rumah penduduk mengalami rusak berat dan ringan.

Dari jumlah tersebut 71 orang meninggal akibat tanah longsor di Kabupaten Karanganyar tersebar di beberapa lokasi, yaitu di Jatiyoso 10 orang, dukuh Ledoksari, Tawangmangu 37 orang, Ngargoyoso dua orang, Kerjo lima orang, Jenawi tiga orang, Jumapolo delapan orang Jaten seorang dan Karanganyar Kota dua orang.

Sampai kini baru lima korban yang ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, yaitu Jami (30), Azka (1), Sumardi (25), Putri (2 ), dan Sri Lestari (25) lima jenazah tersebut sekarang sudah dimakamkan di pemakaman umum di daerah tersebut.

Upaya evakuasi masih dilakukan petugas pemda setempat, polisi, dan TNI dengan dibantu masyarakat setempat, tetapi karena hari sudah malam dan lokasi bencana yang berada di daerah pegunungan, akan dilanjutkan hari Kamis (27/12).


Sungai Batanghari Siaga Satu



JAMBI, KOMPAS - Meningkatnya curah hujan dalam dua pekan terakhir telah mengakibatkan tinggi muka air Sungai Batanghari di wilayah Kota Jambi kini mencapai 13,89 meter. Pemerintah Provinsi Jambi menyatakan status siaga satu banjir.

Dengan status siaga satu ini, pengamatan di stasiun duga air otomatis Sungai Batanghari di pos Tanggo Rajo, Kota Jambi, makin ditingkatkan menjadi setiap tiga jam. Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) juga menyiapkan 50.000 bahan banjiran berupa karung berisi pasir, serta bronjong untuk mengantisipasi banjir dan longsor pada tepian sungai.

“Karung pasir dan bronjong siap kami bagi-bagikan secara gratis kepada seiap kabupaten yang membutuhkan,” tutur Nino Guritno, Kepala Dinas Kimpraswil Provinsi Jambi, Rabu (26/12).

Menurut Nino, tinggi muka air (TMA) Sungai Batanghari naik sangat pesat pada musim penghujan kali ini. “Kalau pada tahun-tahun sebelumnya, muka air sungai baru akan naik pesat sekitar bulan Februari. Tapi kali ini, air sudah naik drastis menjelang akhir tahun,” tuturnya.

Menurut Sebastian, koordinator pemantauan stasiun duga air Sungai Batanghari, TMA Batanghari memang naik drastis selama Desember. Pada pekan pertama Desember, TMA mencapai rata-rata 12,25 meter, naik menjadi 13,55 meter pada pekan ketiga. Pekan ini, TMA telah mencapai 13,89 meter.

Saat ini, enam kabupaten di Jambi mengalami banjir, yaitu Tanjung Jabung Timur, Kota Jambi, Muaro Jambi, Batanghari, Bungo, dan Kerinci.

Dalam pantauan di Kampung Pulau Pandan, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi, luapan air Sungai Batanghari telah membanjiri sekitar 30 rumah. Sedangkan warga yang meski tidak kebanjiran karena menempati rumah-rumah panggung, juga terisolir. Mereka harus memanfaatkan perahu atau sampan untuk ke sekolah atau ke tempat kerja.

Sekitar 1.600 hektar pada 11 kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, terendam banjir, dari total 3.240 hektar lahan pertanian. Ketinggian banjir beragam, mulai dari setengah hingga satu meter. Sebanyak 209 hektar di antaranya telah puso.

Di Kerinci, sebanyak 450 hektar areal persawahan yang baru ditanami juga mengalami banjir. Di Batanghari, banjir menggenangi 159 hektar sawah yang tengah disemai, serta lebih dari 200 hektar kebun palawija, karet, dan sawit. Banjir paling parah terjadi di Muarabulian, Muaratembesi, Maro Sebo Ilir, Maro Sebo Ulu, dan Mersam. Banjir juga terjadi di Muaro Jambi serta wilayah seberang Sungai Batanghari di Kota Jambi.

Akibat musibah ini, menurutnya, masyarakat terpaksa mengundurkan waktu tanam padi. “Benih-benihnya sudah rusak, tidak bisa lagi ditanami. Namun kami tengah akan memberi bantuan benih bagi para petani,” tutur Sehan, Humas Pemkab Batanghari.

Kemudian di Kabupaten Wonogiri, akibat bencana tanah longsor yang terjadi di Kecamatan Tirtomoyo dan Manyaran mengakibatkan 17 orang meninggal dunia. Dari jumlah tersebut, baru lima korban yang berhasil dievakuasi.

Bencana tanah longsor juga terjadi di Kabupaten Magelang yang mengakibatkan delapan rumah penduduk Desa Madyogondo, Desa Girirejo, dan Desa Pagergunung Kecamatan Ngablak mengalami rusak.

Sementara itu bencana banjir terjadi di Solo akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo. Bencana ini mengakibatkan 26.720 jiwa (5.344 kepala keluarga) dari sembilan kelurahan di Solo mengungsi akibat rumahnya terendam air bah.

Sebanyak 5.344 KK yang kebanjiran itu sekarang mengungsi di posko-posko yang telah disediakan di kantor-kantor kelurahan atau tempat lainnya yang tidak kebanjiran.

Korban banjir sebanyak itu berasal dari daerah Sudiroprajan 173 KK, Jebres 318 KK, Pucangsawit 613 KK, Jagalan 812 KK, Gandekan 920 KK, Sangkrah 445 KK, Semanggi 953 KK, Joyosuran 195 KK, dan Joyontakan 1.650 KK.

Sementara itu banjir yang menggenangi ribuan hektare areal pertanian di Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Grobogan Jawa Tengah ditaksir menyebabkan kerugian hingga Rp240 miliar.

Untuk membantu korban tanah longsor di Kabupaten Karanganyar, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng telah menyiapkan 100 kantong mayat, tim medis, dan obat-obatan.

Selain itu, Plt. Kepala BIKK Jateng, Urip Sihabudin, mengungkapkan, telah dibuka tujuh dapur umum dengan perbekalan logistik beras, mie, dan bahan makanan lain yang jumlahnya mencukupi.

"Poliklinik desa (polindes) yang berada di kawasan bencana juga buka 24 jam. Kita juga menyiapkan 16 perahu karet di daerah rawan banjir. Bagi korban yang meninggal dunia, Pemprov Jateng memberikan santunan Rp2,5 juta/orang," katanya. (Ant/Mbk)

Banjir Bandang di Kabupaten Malang
300 Rumah Tenggelam, Satu Orang Hilang


Laporan Wartawan Surya Imam Taufik, Silvinita W dan Deni Bachtiar

MALANG, RABU - Banjir bandang menimpa Desa Sitiarjo Kecamatan Sumbermanjing Wetan Kabupaten Malang sejak Rabu (26/12) pagi. Akses jalan ke lokasi yang terputus menyulitkan regu penolong masuk ke desa yang menjadi langganan banjir bandang itu.

Bagyo Setyono, anggota Satkorlak Kabupaten Malang juga Kepala Sub bagian Pengamanan Sandi dan Telekomunikasi Pemkab Malang, mengatakan regu penolong sulit masuk karena sejumlah ruas jalan tertimbun longsoran tanah. "Kami harus mengerahkan alat berat sebelum masuk ke sana. Informasi awal, ada satu warga hilang," ujar Bagyo.

Regu penolong yang dikirim ke daerah bencana antara lain, tim Malang Selatan Rescue, anggota masyarakat dan instansi terkait. Satkorlak juga menerjunkan 12 perahu karet untuk mengevakuasi warga dan mendistribusikan bantuan ke daerah bencana. Dilaporkan, sedikitnya 300 rumah di Desa Sitiarjo itu yang tenggelam hingga tiga meter.

Sumbermanjing Wetan hanya satu dari sekian kecamatan di Kabupaten Malang yang menderita akibat hujan yang turun deras tanpa henti sejak beberapa hari terakhir. Di Kecamatan Wajak, dua orang tewas terseret arus Sungai Bendo. Kedua orang itu adalah Ngatiin (37) dan Solim (30). Saat kejadian, Ngatiin sedang buang hajat, Rabu sekitar pukul 12.00 di tepi Sungai Bendo yang meluap. Sedangkan Solim tewas setelah tidak bisa kabur dari truk pasirnya yang diseret arus sungai.

Sementara itu di Kecamatan Pakis jembatan Merangin jebol, perumahan Asabri tergenang 50 cm, sungai Jilu di sekitar Pasar Pakis naik hingga 1 meter di bawah jembatan. Di Desa Taji Dusun Umbutlegi tanah longsor menimpa rumah warga tiga luka parah.

Di Kecamatan Kasembon, jalan jurusan Malang-Kediri sempat putus karena longsor, tetapi sudah dibetulkan tim Provinsi Jatim. Tanah longsor juga terjadi di Desa Bumirejo dan Amandanom Kecamatan Dampit. Sementara di Desa Purwodadi dan Lenggoksono Kecamatan Tirtoyudo sungai meluap dan memicu tanah longsor.

Thursday, December 13, 2007

UNFCCC di BALI



“Negara maju bikin polusi dan kita disuruh membersihkan. Hutan kita malah dijadikan toilet untuk menyerap emisi. Apalagi harga hutan dihargai murah hanya USD 5 per hektar. Inilah yang dikatakan agenda nasional,”

Padahal untuk sekitar 80 pesawat yang terbang di Bandara Ngurah Rai dihasilkan 3.840 ton CO2/ per hari, selama masa konferensi loh...,blom penggunaan listriknya, AC, komputer, kertas yang terbuang..

Seperti diakui Presiden Yudhoyono pada saat mengikuti High Level Event on Climate Change di New York, September 2007, situasi kita sudah lampu kuning. Maka, tampaknya Indonesia akan memaksimalkan gagasan Reduced Emissions from Deforestation and Degradation (REDD). Kita akan menghitung pengikatan karbon di hutan-hutan dan lahan gambut kita dan menukarkannya dengan kredit dari negara-negara penghasil emisi. Kita berharap mendapatkan kucuran uang sebagai ''imbalan'' telah menjaga paru-paru dunia.

Lain dengan CDM yang akan masuk periode implementasi pada 2008-2012, skema REDD adalah hal yang masih amat mentah. Bisa jadi baru belasan tahun lagi berjalan. Kita tentu tak bisa menunggu skema ini berjalan untuk berhenti merusak hutan. Kita justru harus berangkat dari kesadaran bahwa kelestarian alam bukanlah komoditas.

Kita ada dalam daftar korban pertama dampak pemanasan global. Kemarau kita kian panjang, merusak lahan-lahan pertanian dan menggoyahkan ketahanan pangan. Musim hujan kita kian pendek, namun dengan curah sangat tinggi, membawa bencana banjir dan longsor di mana-mana. Pulau-pulau kecil kita akan tenggelam. Jakarta pun akan kian kerap terendam.

Untung Australia, akhirnya bersedia untuk meratifikasi proposal Kyoto. Australia resmi meratifikasi Perjanjian Kyoto setelah Perdana Menteri Kevin Rudd, Senin, menandatangani instrumen ratifikasi yang memberikan jalan bagi negara itu menjadi anggota penuh Protokol Kyoto sebelum akhir Maret 2008.

"Ini adalah aksi resmi pertama pemerintah Australia yang baru. Ini menunjukkan komitmen pemerintahan saya untuk menangani perubahan iklim," katanya dalam sebuah pernyataan pers.

Peratifikasian Perjanjian Kyoto itu, kata PM Rudd, telah dipertimbangkan dan disepakati oleh pertemuan Dewan Eksekutif Pemerintah Senin pagi. Bahkan Gubernur Jenderal Michael Jeffery telah pun memberikan persetujuannya pada langkah pemerintah atas permintaan dirinya, kata PM Rudd.

Di bawah aturan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ratifikasi Protokol Kyoto itu baru berlaku setelah 90 hari setelah instrumen ratifikasi diterima PBB. "Jadi Australia baru akan menjadi anggota penuh Protokol Kyoto sebelum akhir Maret 2008," katanya.

PM Rudd mengatakan, bergabungnya Australia ke dalam Protokol Kyoto itu merupakan "langkah maju yang signifikan" dalam upaya Australia ikut merespon dampak negatif perubahan iklim di dalam negeri dan bersama-sama masyarakat internasional.

Dengan keikutsertaan resmi Australia dalam perjanjian ini, Australia berkewajiban memenuhi target seperti mematok target pengurangan emisi hingga 60 persen pada level 2.000 hingga tahun 2050, dan membentuk skema perdagangan emisi nasional pada 2010, katanya.

Issue Bisnis karbon hutan (carbon trading) melalui mekanisme pembangunan bersih (clean development mechanism/CDM) di bawah Protokol Kyoto juga semakin menguat.

Banyak lembaga yang berkeinginan memulai program tersebut, namun syarat program Protokol Kyoto hingga kini belum diratifikasi Indonesia.Proposal BOS

Ketua Dewan Pengarah Yayasan Balikpapan Orangutan Survival (BOS) Willie Smits mengatakan, pihaknya kini sudah memulai carbon trading skema CDM yang diistilahkan BOS sebagai carbon offset. Proyek tersebut menggunakan area hutan gambut bekas Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar untuk konservasi orangutan.

Menurut Willie, BOS telah mengajukan proposal dengan perusahaan Shell Canada. Shell sendiri memang sedang mencari karbon hutan sebanyak satu juta ton karbon per tahun selama 30 tahun. "November nanti Shell akan mengunjungi BOS untuk masalah ini," katanya.

Jika kontrak dengan Shell berhasil, program itu akan menjadi program yang pertama kali berhasil di Indonesia untuk program karbon hutan skema CDM. Selain skema karbon hutan, menurut Willie, program tersebut juga menggabungkan program debt for nature swap (penghapusan atau pengurangan utang luar negeri lewat pertukaran program konservasi).

Dana carbon offset tersebut untuk membantu masyarakat lokal, me-monitoring area program, patroli dan penegakan hukum, penelitian, dan pemprov Kalteng juga mendapat bagian.

Kontroversi CDM adalah memang jadi ajang jual beli hutan indonesia dituker dgn 5$ per hektar, asal itu hutan jgn sampe di ganggu gugat..tp skema avoided deforestation (pencegahan deforestation), dgn menjaga hutan, secara total, dgn angkatan bersenjata misalnya, memang bagus untuk mengurangi pembalakan hutan, (bob hasan, adelin lis :P, achtung baby!!), tapi itu juga mengusir hak tanah adat, misal suku dayak asli kalimantan, yang memang tinggalnya di hutan, dan hidup dari hutan.

Keberadaan lahan gambut di Indonesia juga semakin dirasakan peran pentingnya, terutama dalam hal kemampuan menyimpan karbon dioksida (CO2), salah satu jenis gas rumah kaca, dan siklus hidrologi serta memelihara keanekaragaman hayati.

Lahan gambut, walaupun hanya sekitar 3 persen dari total luas daratan Bumi, sanggup menyimpan 30 persen karbon dunia, kata Ketua Himpunan Gambut Indonesia, Bambang Setiadi, di Jakarta, Selasa.

Luas lahan gambut di seluruh dunia berkisar 38 juta hektar dengan lebih dari separuhnya berada di Indonesia. Lahan gambut di Indonesia diperkirakan seluas 26 juta ha (Driessen dan Supraptohardjo, 1974), dan hampir semuanya ada di luar Pulau Jawa - Pulau Sumatera 8,9 juta hektar, Pulau Kalimantan 6,3 juta hektar, dan Pulau Irian 10,9 juta hektar.

Menurut Bambang Setiadi, Ketua Himpunan Gambut Indonesia, gambut adalah onggokan bahan organik yang tersusun dari bahan kayuan atau lumut yang terjadi akibat kecepatan penimbunan lebih tinggi dibandingkan dengan penguraiannya.

Di Indonesia, kecepatan penimbunan diperkirakan berkisar antara 8-40 cm per 100 tahun. Perbedaan kecepatan ini disebabkan oleh suhu dingin (di daerah non-tropis) dan curah hujan yang tinggi (daerah tropis). Proses pembentukan gambut berlangsung selama ribuan tahun. Gambut Kalimantan, contohnya, terbentuk sekitar 800 hingga 5.000 tahun yang lalu.

Ketebalan gambut sangat bervariasi antara 0,5 meter hingga 20 meter."Kawasan gambut di Kalimantan dan Sumatera yang kedalamannya sampai 20 meter bisa 200.000 km persegi, dan diperkirakan simpanan karbon mencapai 50 miliar ton," kata Bambang.

Ia melanjutkan, dengan berlakunya Protokol Kyoto, harga satu ton emisi karbon sama dengan 5-10 euro (Rp56.697 sampai Rp 113.395). "Indonesia harus mendesak agar kelestarian lahan gambut mendapat insentif dari dunia internasional, lewat Mekanisme Pembangunan Bersih ("Clean Development Mechanism/CDM")," kata Bambang.

Menurut dia, saat ini Indonesia tengah memperjuangkan "bioright" atau hak atas hayati agar dunia Internasional memberikan dana perbaikan sosio-ekonomi penduduk sekitar hutan, lahan gambut, dan sumber daya alam lainnya agar tidak merusak kondisi ekosistem alami tersebut.


Memang Indonesia diklaim sebagai pehghasil gas karbon ke 3 terbesar di dunia..Jika melihat angka jumlah keseluruhan sepeda motor yang lalu lalang di jalanan Indonesia. Saat ini tidak kurang dari 19 juta unit sepeda motor yang dimiliki penduduk. Sementara angka mobil masih jauh di bawah itu, kurang lebih hanya 7 juta unit.

Fenomena yang sama juga terlihat di Kota Bandung yang memperlihatkan kepemilikan sepeda motor yang lebih besar dibandingkan kendaraan roda empat. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Bandung, seperti tercantum pada situs Bandung go.id/dishub adalah 518.172 unit, dengan proporsi kendaraan roda dua sebanyak 296.230 unit dan roda empat 221.942 unit, Jika diasumsikan satu sepeda motor mengkonsumsi empat liter bensin sehari,mobil 10 liter sehari total bensin yang digunakan 1.184.920 liter, dan mobil 2.219.420 liter, Hasil pembakaran karbonnya perhari adalah 8.170.416 kg CO2..
Kebayang lah klo itu pesawat bolak balik jakarta - bali.., juga bayangin klo di bandung, ternyata ada mesin pembakaran besar , penghasil CO2 sebesar 8 juta kg, dan membutuhkan bensin sebanyak 3.4 juta liter.. damn..so hot!!, neraka sudah datang di bandung yg adem ini..
juga di dunia