element




StopGlobalWarming.org

site statistics

Thursday, December 13, 2007

UNFCCC di BALI



“Negara maju bikin polusi dan kita disuruh membersihkan. Hutan kita malah dijadikan toilet untuk menyerap emisi. Apalagi harga hutan dihargai murah hanya USD 5 per hektar. Inilah yang dikatakan agenda nasional,”

Padahal untuk sekitar 80 pesawat yang terbang di Bandara Ngurah Rai dihasilkan 3.840 ton CO2/ per hari, selama masa konferensi loh...,blom penggunaan listriknya, AC, komputer, kertas yang terbuang..

Seperti diakui Presiden Yudhoyono pada saat mengikuti High Level Event on Climate Change di New York, September 2007, situasi kita sudah lampu kuning. Maka, tampaknya Indonesia akan memaksimalkan gagasan Reduced Emissions from Deforestation and Degradation (REDD). Kita akan menghitung pengikatan karbon di hutan-hutan dan lahan gambut kita dan menukarkannya dengan kredit dari negara-negara penghasil emisi. Kita berharap mendapatkan kucuran uang sebagai ''imbalan'' telah menjaga paru-paru dunia.

Lain dengan CDM yang akan masuk periode implementasi pada 2008-2012, skema REDD adalah hal yang masih amat mentah. Bisa jadi baru belasan tahun lagi berjalan. Kita tentu tak bisa menunggu skema ini berjalan untuk berhenti merusak hutan. Kita justru harus berangkat dari kesadaran bahwa kelestarian alam bukanlah komoditas.

Kita ada dalam daftar korban pertama dampak pemanasan global. Kemarau kita kian panjang, merusak lahan-lahan pertanian dan menggoyahkan ketahanan pangan. Musim hujan kita kian pendek, namun dengan curah sangat tinggi, membawa bencana banjir dan longsor di mana-mana. Pulau-pulau kecil kita akan tenggelam. Jakarta pun akan kian kerap terendam.

Untung Australia, akhirnya bersedia untuk meratifikasi proposal Kyoto. Australia resmi meratifikasi Perjanjian Kyoto setelah Perdana Menteri Kevin Rudd, Senin, menandatangani instrumen ratifikasi yang memberikan jalan bagi negara itu menjadi anggota penuh Protokol Kyoto sebelum akhir Maret 2008.

"Ini adalah aksi resmi pertama pemerintah Australia yang baru. Ini menunjukkan komitmen pemerintahan saya untuk menangani perubahan iklim," katanya dalam sebuah pernyataan pers.

Peratifikasian Perjanjian Kyoto itu, kata PM Rudd, telah dipertimbangkan dan disepakati oleh pertemuan Dewan Eksekutif Pemerintah Senin pagi. Bahkan Gubernur Jenderal Michael Jeffery telah pun memberikan persetujuannya pada langkah pemerintah atas permintaan dirinya, kata PM Rudd.

Di bawah aturan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ratifikasi Protokol Kyoto itu baru berlaku setelah 90 hari setelah instrumen ratifikasi diterima PBB. "Jadi Australia baru akan menjadi anggota penuh Protokol Kyoto sebelum akhir Maret 2008," katanya.

PM Rudd mengatakan, bergabungnya Australia ke dalam Protokol Kyoto itu merupakan "langkah maju yang signifikan" dalam upaya Australia ikut merespon dampak negatif perubahan iklim di dalam negeri dan bersama-sama masyarakat internasional.

Dengan keikutsertaan resmi Australia dalam perjanjian ini, Australia berkewajiban memenuhi target seperti mematok target pengurangan emisi hingga 60 persen pada level 2.000 hingga tahun 2050, dan membentuk skema perdagangan emisi nasional pada 2010, katanya.

Issue Bisnis karbon hutan (carbon trading) melalui mekanisme pembangunan bersih (clean development mechanism/CDM) di bawah Protokol Kyoto juga semakin menguat.

Banyak lembaga yang berkeinginan memulai program tersebut, namun syarat program Protokol Kyoto hingga kini belum diratifikasi Indonesia.Proposal BOS

Ketua Dewan Pengarah Yayasan Balikpapan Orangutan Survival (BOS) Willie Smits mengatakan, pihaknya kini sudah memulai carbon trading skema CDM yang diistilahkan BOS sebagai carbon offset. Proyek tersebut menggunakan area hutan gambut bekas Proyek Lahan Gambut Sejuta Hektar untuk konservasi orangutan.

Menurut Willie, BOS telah mengajukan proposal dengan perusahaan Shell Canada. Shell sendiri memang sedang mencari karbon hutan sebanyak satu juta ton karbon per tahun selama 30 tahun. "November nanti Shell akan mengunjungi BOS untuk masalah ini," katanya.

Jika kontrak dengan Shell berhasil, program itu akan menjadi program yang pertama kali berhasil di Indonesia untuk program karbon hutan skema CDM. Selain skema karbon hutan, menurut Willie, program tersebut juga menggabungkan program debt for nature swap (penghapusan atau pengurangan utang luar negeri lewat pertukaran program konservasi).

Dana carbon offset tersebut untuk membantu masyarakat lokal, me-monitoring area program, patroli dan penegakan hukum, penelitian, dan pemprov Kalteng juga mendapat bagian.

Kontroversi CDM adalah memang jadi ajang jual beli hutan indonesia dituker dgn 5$ per hektar, asal itu hutan jgn sampe di ganggu gugat..tp skema avoided deforestation (pencegahan deforestation), dgn menjaga hutan, secara total, dgn angkatan bersenjata misalnya, memang bagus untuk mengurangi pembalakan hutan, (bob hasan, adelin lis :P, achtung baby!!), tapi itu juga mengusir hak tanah adat, misal suku dayak asli kalimantan, yang memang tinggalnya di hutan, dan hidup dari hutan.

Keberadaan lahan gambut di Indonesia juga semakin dirasakan peran pentingnya, terutama dalam hal kemampuan menyimpan karbon dioksida (CO2), salah satu jenis gas rumah kaca, dan siklus hidrologi serta memelihara keanekaragaman hayati.

Lahan gambut, walaupun hanya sekitar 3 persen dari total luas daratan Bumi, sanggup menyimpan 30 persen karbon dunia, kata Ketua Himpunan Gambut Indonesia, Bambang Setiadi, di Jakarta, Selasa.

Luas lahan gambut di seluruh dunia berkisar 38 juta hektar dengan lebih dari separuhnya berada di Indonesia. Lahan gambut di Indonesia diperkirakan seluas 26 juta ha (Driessen dan Supraptohardjo, 1974), dan hampir semuanya ada di luar Pulau Jawa - Pulau Sumatera 8,9 juta hektar, Pulau Kalimantan 6,3 juta hektar, dan Pulau Irian 10,9 juta hektar.

Menurut Bambang Setiadi, Ketua Himpunan Gambut Indonesia, gambut adalah onggokan bahan organik yang tersusun dari bahan kayuan atau lumut yang terjadi akibat kecepatan penimbunan lebih tinggi dibandingkan dengan penguraiannya.

Di Indonesia, kecepatan penimbunan diperkirakan berkisar antara 8-40 cm per 100 tahun. Perbedaan kecepatan ini disebabkan oleh suhu dingin (di daerah non-tropis) dan curah hujan yang tinggi (daerah tropis). Proses pembentukan gambut berlangsung selama ribuan tahun. Gambut Kalimantan, contohnya, terbentuk sekitar 800 hingga 5.000 tahun yang lalu.

Ketebalan gambut sangat bervariasi antara 0,5 meter hingga 20 meter."Kawasan gambut di Kalimantan dan Sumatera yang kedalamannya sampai 20 meter bisa 200.000 km persegi, dan diperkirakan simpanan karbon mencapai 50 miliar ton," kata Bambang.

Ia melanjutkan, dengan berlakunya Protokol Kyoto, harga satu ton emisi karbon sama dengan 5-10 euro (Rp56.697 sampai Rp 113.395). "Indonesia harus mendesak agar kelestarian lahan gambut mendapat insentif dari dunia internasional, lewat Mekanisme Pembangunan Bersih ("Clean Development Mechanism/CDM")," kata Bambang.

Menurut dia, saat ini Indonesia tengah memperjuangkan "bioright" atau hak atas hayati agar dunia Internasional memberikan dana perbaikan sosio-ekonomi penduduk sekitar hutan, lahan gambut, dan sumber daya alam lainnya agar tidak merusak kondisi ekosistem alami tersebut.


Memang Indonesia diklaim sebagai pehghasil gas karbon ke 3 terbesar di dunia..Jika melihat angka jumlah keseluruhan sepeda motor yang lalu lalang di jalanan Indonesia. Saat ini tidak kurang dari 19 juta unit sepeda motor yang dimiliki penduduk. Sementara angka mobil masih jauh di bawah itu, kurang lebih hanya 7 juta unit.

Fenomena yang sama juga terlihat di Kota Bandung yang memperlihatkan kepemilikan sepeda motor yang lebih besar dibandingkan kendaraan roda empat. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota Bandung, seperti tercantum pada situs Bandung go.id/dishub adalah 518.172 unit, dengan proporsi kendaraan roda dua sebanyak 296.230 unit dan roda empat 221.942 unit, Jika diasumsikan satu sepeda motor mengkonsumsi empat liter bensin sehari,mobil 10 liter sehari total bensin yang digunakan 1.184.920 liter, dan mobil 2.219.420 liter, Hasil pembakaran karbonnya perhari adalah 8.170.416 kg CO2..
Kebayang lah klo itu pesawat bolak balik jakarta - bali.., juga bayangin klo di bandung, ternyata ada mesin pembakaran besar , penghasil CO2 sebesar 8 juta kg, dan membutuhkan bensin sebanyak 3.4 juta liter.. damn..so hot!!, neraka sudah datang di bandung yg adem ini..
juga di dunia

No comments: